Hello, everyone.
Biasanya ada ritual kebiasaan yang dilakukan oleh para
pelajar untuk merayakan kelulusan sekolah menengah, sebut saja corat-coret baju
yang “katanya” buat seru-seruan dan kenang-kenangan. Sejujurnya gue adalah salah
satu yang menjalankan ritual tersebut, saling corat-coret di baju teman satu
sama lain.
Well, apa yang gue rasakan saat itu jujur saja menyenangkan
“sekali seumur hidup” kata otak gue dan bisa lepas dari putih abu-abu itu patut
dirayakan bersama orang-orang seperjuangan. Bermodalkan spidol, pilox dan
tentunya kemeja putih, ritual corat-coret pun dimulai dan diakhiri dengan sesi foto-foto
ria.
Lokasi corat-coret dengan rumah gue itu nggak
terlalu jauh hanya saja gue harus lewat pasar. Sore itu pun gue pulang dengan
seorang teman melewati pasar dengan berjalan kaki yang notabennya lagi
rame-ramenya. Lalu apa yang terjadi? Seketika gue merasa menciut karena
orang-orang pasar melihat gue dengan tatapan sinis sambil nyinyir. Hanya gue
seorang, karena teman gue saat itu memakai sweater jadi dia aman.
Contohnya saja “Waduh, baju kok dicorat-coret? Kan bisa
disumbangin atau buat adeknya.” Kata salah satu bapak penjual di pasar. Dan masih
banyak lagi.
Setelah kejadian itu ada rasa sedikit menyesal tapi
ada kejadian lain lagi yang membuat gue benar-benar menyesal. Beberapa bulan
setelah ritual kelulusan baju tersebut masih di lemari, hingga gue termangu
saat Nyokap menjadikan baju tersebut menjadi kain topo buat ngelap kuah yang
tumpah. Nais! Perjuangan melalui rintangan melewati pasar itu pun menempel
kembali, jadi cuma segini doang nilai rasa malu gue harganya TT_TT
Intinya adalah janganlah adek-adek melakukan
corat-coret baju untuk merayakan kelulusan karena itu sangat tidak berfaedah, ya Allah,
cuma malu doang yang gue dapet. Waspadalah!
No comments:
Post a Comment
Selamat membaca, kawan ^^